Untuk pertama
kalinya. Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PP PPNI)
mengukuhkan 52 perawat spesialisasi kardiovaskuler karena dinilai telah
bekerja penuh loyalitas dan dedikasi.
"Ini merupakan suatu
peristiwa penting dalam perkembangan keperawatan di Indonesia. Yang
diwisuda hari ini, hendaknya sesekali melihat ke luar dunia keperawatan,
jangan terlalu lama terpaku melihat ke dalam," kata Ketua Konsorsium
Kesehatan Indonesia Prof Ma’rifin Husin, saat memberikan paparan dalam
pengukuhan "Ners Spesialisasi Kardiovaskuler" di Jakarta, Rabu.
Dia
menyatakan, banyak peristiwa di luar keperawatan yang mengharapkan
uluran tangan perawat. Jangan hanya memikirkan asuhan keperawatan
spesialistik kardiovaskuler di rumah sakit, akan tetapi juga menjamah
ranah di luar rumah sakit, termasuk upaya pencegahan terjadinya gangguan
kardiovaskuler.
"Kenyataan ini hendaknya, dapat dijadikan
sebagai salah satu tonggak perkembangannya.Ini bukan suatu peristiwa
yang berdiri sendiri, akan tetapi merupakan salah satu simpul dari
proses panjang perubahan dalam keperawatan di Indonesia. Tapi tetap
butuh pembenahan lagi," ujarnya.
Sedangkan, Ketua PP PPNI Dewi
Irawati, dalam sambutannya mengatakan wisuda ini dapat dikatakan sebagai
wujud cita-cita luihur kalangan perawat. Perawat yang diwisuda adalah
perawat lulusan S1 dan memiliki masa kerja sedikitnya 12 tahun. Selama
bekerja, berdedikasi bagus. Miliki loyalitas tinggi, dan kerjama yang
baik.
"Perawat kini sudah menjadi sebuah profesi. Dengan hatrapan
semuanya bekerja secara professional. Profesi ini memang tidak bisa
lepas dari perguruan tinggi," katanya.
Sementara, Dirjen Bina
Upaya Kesehatan (BUK) Kementerian Kesehatan Supriyantoro mengatakan,
Ners sangat berperan dalam penanganan berbagai penyakit, termasuk
penyakit jantung.
Supriyantoro mengajak semua undangan yang
hadir, baik doktor, perawat serta dokter ahli, memperhatikan tren
penyakit tidak menular (PTM) yang banyak menjangkiti masyarakat yang
dipicu berbagai faktor risiko antara lain merokok, diet yang tidak
sehat, kurang aktivitas fisik, dan gaya hidup tidak sehat.
"Peningkatan
PTM berdampak negatif pada ekonomi dan produktivitas bangsa. Pengobatan
PTM seringkali memakan waktu lama dan memerlukan biaya besar. Beberapa
jenis PTM adalah penyakit kronik dan/atau katastropik yang dapat
mengganggu ekonomi penderita dan keluarganya," katanya.
Selain itu, salah satu dampak PTM adalah terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen.
Pada
acara itu, mantan Menkes Siti Fadilah Supari mengatakan, munculnya
Ners spesialisasi kardiovaskuler, hendaknya tidak membuat perawat lain
berkecil hati, karena semua profesi memiliki kekhususan.
sumber : antaranews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar